An Inconvenient Truth

Malam ini saya menemukan kesenangan saya terenggut dengan apik gara-gara sebuah tulisan. Dan daftar 10 anime terfavorit yang udah lama di draft langsung tidak ingin dilanjutkan lagi.

Sebenernya, ga ada yang salah sama si tulisan yang saya baca. Tapi fakta yang dia ungkap ditulisannya tentang salah satu anime terbaik sepanjang masa, My Neighbor Totoro (Tonari No Totoro), membuat saya sedih ga karuan. Rasanya setengah tidak percaya, kalau Hayao Miyazaki kali ini masih saja menyisipkan sedikit tragedi di antara keindahan cerita dan gambar karyanya dia.

Cerita dibalik film indah ini menurut si penulis,

Totoro and his magical friends are in fact Shinigami, that is to say the gods of death, the grim reaper.
It begins with the susuwatari (煤渡り) (a.k.a. makkurokurosuke), those little black balls that they find in the kitchen. The story goes that if you see the susuwatari or Totoro, death is close.

The real story comes from the history of the Sayama incident (狭山事件 sayama jiken). There seem to be too many coincidences between the Sayama incident and this movie to ignore.

The Sayama incident occured in May 1963. It’s quite an important case for discrimination in Japan. The case goes that one day, in Sayama (in Saitama prefecture), a young girl was kidnapped for ransom, raped and then murdered. Her older sister apparently found her body, but was so traumatized by it, when asked what she had seen, she merely said “I met a large Tanuki (looks like a racoon)” and “I saw a cat monster.”

Membaca tulisan ini membuat saya tersadar banyak adegan yang aneh dan tak terjawab, bisa diungkapkan. Salah satunya kenapa Mei dan Satsuki tidak punya bayangan di kaca rumah sakit dan kenapa hanya memberikan jagung tapi ga bersama ayah dan ibunya.

Ahh, padahal kan suka banget sama si Totoro, Mei dan Satsuki. Saya pikir selama ini film ini layak dipertontonkan ke B, karena saya yakin film ini bikin dia ga takut mengeksplorasi hal baru. Dan fakta-fakta ini seperti menghancurkan khayalan yang selama ini ada di kepala saya.

Terlepas dari, ternyata, film yang sangat menyenangkan ini terinspirasi dari tragedi dan sebenarnya tidak berakhir bahagia, Hayao Miyazaki menampilkannya dengan sangat indah. Jenius. And I still love Totoro, even sometimes, truth can be inconvenient and it is better off not knowing it.

4 thoughts on “An Inconvenient Truth

  1. jgn kasih liat my totoro winda, mending kasih liat sen to chihiro or nausica…
    gw udh ada totoro tapi masih blm ditonton, ngebaca tulisanlo jd pengen nonton…

  2. Nonton filmnya sdh lama sekali tp msh ingat bbrp scene yang memorable. Ya, saya percaya Totoro memang gambaran indah dari tragedi itu, mskpn di artikel itu sptnya Miyazaki menyangkalnya, ataukah kesamaan cerita/nama tokoh adalah kebetulan ?

    Meskipun gbrnya lucu dan imut belum tentu cocok untuk anak2. Anime,manga sebagian untuk orang dewasa-kartun&komik amrik/eropa jg sih. Harus lebih selektif memilih tayangan buat anak2 kt 🙂

    Spirited Away di blog itu jg ngomongin prostitusi.

    Nice info & link you got here, keep posting interesting info !

    1. Semua anime emang gitu kayaknya mbak, karena pastinya ini yang bikin orang dewasa, jadi selalu ada tendensi dari pemikiran mereka. Studio Ghibli masih yang terbaik sih, dibandingin kartun lainnya, termasuk disney, IMO.

      tapi di mata anak2 pasti akan beda sih nangkepnya. kalo bukan orang dewasa, kayaknya g bakalan gampang nangkep si simbol2 yang dikasih HM ini. 😉

Leave a comment